Bus melaju
dengan kecepatan perlahan, rute yang dilewati sepertinya familiar. Sopir duduk
tenang sembari mengondisikan laju jalan bus agar tetap stabil di kecepatan
rata-rata. Penumpang duduk di kursinya masing-masing. Mengerjakan hal-hal yang
menurut mereka perlu untuk mengurangi kebosanan. Ada yang makan, ngobrol,
melihat pemandangan, dan ada juga yang tidur. Tujuan perjalanan masih setengah
hari lagi. Masih harus melewati rest area sekali lagi untuk istirahat sholat
dan makan.
Kondisi
dalam bus terlihat harmonis, meski aktivitas tak seragam, namun tidak tampak
adanya tanda-tanda keluhan maupun kekesalan yang timbul di raut wajah para
penumpang. Bus ini tersedia berbagai
fasilitas yang menunjang kenyamanan penumpang untuk tetap menikmati perjalanan
di segala kondisi. Setiap kursi disediakan AC di atasnya. Ada juga bantal dan
selimut. Kursi penumpang memiliki jarak yang pas untuk meluruskan kaki dan
mengubah posisi kursi agar lebih landai dan bisa digunakan untuk berbaring.
Tiap jendela tersedia tirai untuk menutup kaca jendela apabila posisi matahari
membuat silau pandangan mata. Di bagian belakang ada toilet dan tempat merokok.
Meskipun seadanya, namun lumayan untuk kondisi darurat agar tidak setiap saat
berhenti ketika ada penumpang yang ingin menunaikan hajatnya.
Jalur yang
dilewati oleh bus sejauh ini terbilang ramai lancar. Sopir pintar menjaga laju
kendaraan agar tidak melakukan manuver-manuver yang terbilang mengganggu kenyamanan
penumpang di dalam bus. Laju yang stabil bukan berarti lambat. Tapi tetap
terjaga di kecepatan tetap. Bahkan berangsur naik. Karena ada waktu yang ingin
ditepati sopir ketika sampai pada tujuannya nanti.
Dalam keluarga,
sopir ibarat seorang ayah. Tugasnya amat penting. Memastikan keluarganya sampai
tujuan dengan selamat. Ayah berperan menjaga stabilitas jalannya keluarga agar
tetap berjalan di laju yang tepat dan benar. Tidak melakukan manuver-manuver
berbahaya yang bisa menyebabkan kekacauan di dalam keluarga.
Ayah dalam keluarga harus memiliki skill dasar yaitu mengarahkan. Karena ayah yang baik mampu mengarahkan keluarganya ke jalan kebaikan. Ayah dan sopir memiliki fungsi yang sama. Sopir yang bertanggung jawab akan mengarahkan para penumpangnya menuju tempat tujuan dengan selamat. Selain itu ayah harus mampu mengambil tanggung jawab dalam memutuskan pilihan. Keluarga pasti memiliki beberapa pilihan sulit. Dan ayah harus bisa mengambil peran untuk mengambil pilihan itu dan bertanggung jawab dengan apa yang telah dipilih. Seperti hal nya bus. Bus selalu memiliki pilihan rute dalam setiap perjalanannya. Dan sopirnya yang akan memutuskan rute terbaik yang akan dilalui bus itu.
Bus itu
adalah miniatur keluarga. Dialah yang menjadi tempat untuk anak-anak menuju
kesuksesannya masing-masing. Ayah yang pada kali ini berperan sebagai sopir
harus memastikan keluarga bisa menikmati perjalanan demi perjalanan sekuat
mungkin. Kalaupun ada kecelakaan, ban bocor, mesin mogok itu urusan takdir. Selama
sopir bisa menjalankan tugasnya dengan baik. Penumpang di dalam bus tidak akan
menyalahkan sopir atas hal buruk yang terjadi.
Keluarga adalah sebaik-baiknya tempat kembali. Tempat ternyaman yang harusnya bisa mengayomi setiap anggota keluarganya. Yang melindungi dari panasnya masalah kehidupan, dinginnya kesendirian. Anda bisa sesekali mengambil liburan, jalan-jalan, tapi keluarga adalah tempat terbaik untuk kembali.
Anak-anak
adalah penumpang dari busnya. Anak-anak memiliki tujuan berbeda dalam
perjalanan hidupnya. Tugas ayah persis seperti sopir bus. Memastikan mereka
menikmati perjalanan itu sampai tujuannya dengan baik. Berupaya menyediakan
fasilitas yang diperlukan selama perjalanan menuju tujuan mereka. Tak masalah
mereka turun di berbeda tempat. Karena memang setiap anak memiliki tujuannya
masing-masing. Tugas kita hanya membantunya menggapai tujuan itu.
Sebagai sopir, penumpang adalah hal yang sangat dinantikan. Penumpang adalah alasan utama kenapa bus masih melaju dengan tujuan yang jelas. Penumpang menjadi pemicu semangat bagi sopir dan kondektur bus untuk membawa bus ke tempat tujuan dengan selamat. Dan penumpang itu adalah anak kita. Mereka adalah alasan terbesar kita untuk mencari kehidupan yang terbaik, amanah yang diberikan langsung kepada kita. Dan akan diminta pertanggung jawabannya kelak atas bagaimana cara kita mendidiknya.
Ibu
berperan sebagai kondektur bus. Menjadi asisten sopir. Mengatur keuangan selama
di perjalanan. Memantau setiap penumpang apabila ada yang tertinggal bila
istirahat di rest area. Membantu penumpang yang ingin naik dan turun sesuai
tujuannya. Berat memang. Tapi itulah pentingnya fungsi seorang kondektur. Kehadiran kondektur bus akan mengurangi beban kerja sopir, sekaligus menenangkan hatinya saat membawa bus melintasi ramainya jalan raya.
Kondektur haruslah memiliki skill komunikasi yang baik. Karena kondektur berperan menyambungkan komunikasi antara penumpang dan sopir dalam perjalanan menuju tujuannya masing-masing. Kondektur harusnya memiliki hati yang lapang. Karena tidak semua penumpang memiliki kelakuan seperti yang diharapkan. Ada saja yang selalu minta bantuan, banyak pertanyaan, bahkan cuek dan tak peduli dengan kondisi sekitar. Seperti itulah ibu dalam menghadapi situasi di dalam keluarga. Dia akan menjadi penghubung komunikasi antara ayah dan anak. Kesulitan dalam menghadapi berbagai macam karakter anak pun akan menjadi tantangan yang pasti dilalui oleh setiap ibu.
Dari bus
kita belajar bagaimana miniatur keluarga dihadirkan. Ayah yang berperan
menentukan arah tujuan. Ibu yang mengatur isi keperluan keluarga. Anak-anak
yang menikmati perjalanan bersama keluarga dalam mencapai tujuan hidup mereka. Setiap orang memiliki peran yang berbeda, namun saling melengkapi satu dengan yang lainnya.
Dan bus yang memiliki koordinasi antara sopir dan kondektur terbaik akan membawanya melaju terminal yang diimpikan oleh setiap penumpang, Yaitu Terminal Syurga.
* * *
Baca Juga
Ibupedia Situs Keluarga
5 Tips Membangun Keluarga Solid Di Hari Keluarga Nasional
1 komentar:
MasyaAllah. Bagus sekali tulisannya pak😍.
Posting Komentar