Pagi selalu menyajikan inspirasi
bagi sebagian besar orang yang mengerti. Bukan karena efek kopi yang memang
selalu nikmat disajikan di pagi hari. Bukan juga karena sepotong roti yang
tersaji dengan selai cokelat sebagai isi. Pagi menyuguhkan suasana yang kaya
akan ide dan motivasi. Kumpulan semangat yang terbentuk dari mimpi indah
semalam masih terasa di benak masing-masing individu. Aku pun begitu. Entah bagaimana
denganmu. Apakah kamu bermimpi atau tidak, tidurmu nyenyak atau tidak, aku tak
pernah tahu. Karena setiap orang memiliki masalah yang berbeda. Jadi mari kita
selesaikan bersama di pagi ini.
Aku jadi teringat bagaimana
perjuangan para pemuda dalam usahanya menghasut golongan tua untuk segera
melakukan proklamasi kemerdekaan dengan cara yang cukup radikal. Dan itu
terjadi di pagi hari 16 Agustus 1945. Sukarni dan kawan-kawan bersiaga dini hari mencari
kesempatan untuk membawa paksa dua tokoh bangsa dari golongan tua yang pagi
hari itu sedang menjalankan ibadah sahur untuk puasa esok hari. Rengasdengklok
menjadi jadi saksi kesungguhan anak negeri dalam usahanya untuk mencapai harkat
dan martabat menjadi bangsa dan negara mandiri. Negara yang merdeka. Bebas dari
segala bentuk kolonialis bertopeng saudara tua dari Asia.
Perubahan yang terjadi di pagi
hari itu bukan hanya mengubah jalannya takdir seorang anak manusia, tapi
mengubah seluruh elemen bangsa mulai dari tingkatan terendah sampai kasta
termulia menjadi merdeka di atas tanahnya sendiri. Dan itu bukan hanya karena pagi.
Tapi juga karena campur tangan dari Ilahi.
Itu sejarah bangsaku, negaraku. Negaramu
juga kawan, atau mungkin bangsamu memiliki jalan cerita yang berbeda. Adakah semua
perubahan diawali di pagi hari. Tolong ceritakan padaku kapan pun kamu
bersedia. Agar aku punya referensi lain bahwa di dunia ini, pagi memang menjadi
saksi menentukan bagi semua manusia dalam menyambut takdir yang telah
ditetapkan oleh yang Maha Pencipta.
Dan aku pun teringat kisah epik
lain yang juga terjadi di pagi hari. Di saat peluh, keringat, darah yang belum kering
benar dari jubah perang para sahabatnya. Di saat luka goresan di rahangnya
belum sembuh benar, masih terdapat sisa darah akibat peperangan yang baru saja usai,
manusia terpuji di langit dan bumi ini mengerahkan semua
sahabatnya yang juga masih terlihat lelah dan payah di waktu subuh, sebelum
matahari menampakkan cahayanya. Tujuannya satu. Mengejar musuh-musuh Allah yang
telah merasa pongah akibat kemenangan di bukit Uhud beberapa saat yang lalu.
Dibawanya semua sahabat yang ikut
dalam perang di Bukit Uhud. Bukit yang Menjadi saksi pelanggaran para pasukan
pemanah yang tergoda ghanimah. Bukit yang menyaksikan kematian Mushab bin Umair
dan Hamzah bin Abdul Muthalib dan para syuhada yang berjihad fisabilillah. Dilupakan
sejenak memori kelam yang selalu diingatnya dalam setiap munajat pada Rabb nya.
Dikuatkan mental para sahabat-sahabatnya untuk menghadang laju musuh yang
jumawa untuk menyerang Madinah.
Dia tidak menghadapi musuh secara
fisik. Karena dia memahami kondisi sahabatnya yang belum pulih dan serba lemah.
Ditempatkannya seluruh pasukan di Hamra’ul Asad sekitar sepuluh mil dari Madinah.
Jarak yang dirasa cukup untuk mengadakan pertarungan satu lawan satu untuk
mencegah musuh melangkahkan kudanya barang setapak menuju kota yang dicintainya.
Dibakarlah api unggun besar
sebelum matahari terbit benar. Agar terlihat riuh ramai pasukan yang dibawanya.
Dan Allah Maha Membolak-balikkan hati manusia. Dibuatlah musuh gundah kala
kilatan api yang berkobar terlihat begitu besar dari tempat mereka berpesta
pora. Dimasukkanlah rasa takut dalam hati mereka bahwa keponakan Hamzah akan
menuntut balas dengan pasukan yang jumlah yang luar biasa banyaknya.
Musuh gentar, pesta pun usai,
rencana maju menyerbu Madinah biarlah diselesaikan lain waktu. Ada hal yang
perlu untuk diselamatkan terlebih dahulu. Mereka pulang. Masih dengan cerita
kegagahan di Uhud. Masih dengan kepongahan yang menjadi ciri khas. Meskipun dalam
hati mereka was-was. Khawatir pasukan nabi mengejarnya untuk menuntut balas.
Pagi selalu punya energi yang
dahsyat. Yang tidak dimiliki oleh siang, senja, atau malam. Pagi selalu
memiliki awalan yang baik. Karenanya, kita harus mampu memanfaatkan setiap pagi
yang kita miliki untuk menjadi titik landasan sebelum membawa harapan kita terbang
mengangkasa. Landasan yang baik akan mempercepat akselerasi pesawat kita menuju
tempat tertinggi. Tempat tertinggi mampu mendekatkan semua harapan yang kita
miliki kepada Tuhan. Karena Dialah yang Maha Tinggi.
Kau tahu, pagiku tidak selalu
cerah. Aku sadari itu. Tapi aku tahu, bahwa pagiku akan selalu sama. Selalu menyegarkan
untuk menikmati hembusan udaranya. Selalu menginspirasi apalagi ditambah
secangkir kopi, tanpa sianida tentunya. Dan pagiku akan selalu sama. Karena Allah
selalu bersamaku ketika pagi tiba. Dia yang menyadarkan aku dari tidur di malam
hari, yang mengembalikan energiku setelah seharian bekerja menguras tenaga dan
emosi. Dan aku selalu tahu apa yang harus aku lakukan di pagi hari ini, esok
dan seterusnya. Aku hanya perlu lebih banyak bersyukur atas semua nikmat yang diberikan-Nya
hari ini.
0 komentar:
Posting Komentar