Bercerita tentang kesederhanaan hidup

Minggu, 14 Februari 2016

Cinta itu Katalis Perasaan

19.11 Posted by hamzah ramadhan , 3 comments

Dua orang yang saling mencintai itu bertemu untuk sekali lagi. Dalam sebuah gedung kantoran di bilangan Jakarta. Milea, nama gadis itu, bertemu muka tidak sengaja dengan bekas kekasih hatinya, Dilan. Mereka bertemu dalam suasana yang berbeda. Pada tempat berbeda. Dan tidak menyandang status yang mereka banggakan dulu ketika SMA. Sepasang kekasih. Tatapan mata mereka masih menyiratkan rasa ketertarikan dan kekaguman satu sama lain. Mereka terdiam sejenak, beradu pandang. Hingga akhirnya suami dari Milea datang, dan memutuskan beberapa detik waktu yang digunakan oleh mereka berdua mengingat masa romantis ketika SMA.
Adegan dalam novel yang berjudul Dilan ini bercerita soal cinta itu merupakan potret  gambaran cinta konvensional yang kini terjadi di masyarakat. Kisah kasih yang terjadi di masa SMA. Pergaulan yang terlihat lumrah, dipopulerkan secara terang-terangan. Digambarkan begitu menarik. Padahal banyak jerat setan yang menanti di sana. Banyak kekecewaan dalam pelaksanaannya. Karena pada akhirnya cinta yang dilukiskan begitu panjang  dan mendayu oleh Pidi Baiq, penulisnya, hanya menyisakan kata perpisahan karena berbenturan dengan realita yang tak bisa disatukan meski atas nama cinta. Entah siapa yang dirugikan di sana. Terbawa perasaan. Patah hati. Menurutmu itu bisa sembuh sehari? Dua hari? Belum dosa hati, dosa mata, dan yang lainnya. Oke ini hanya fiksi. Di dunia realita, bukannya ada juga seperti ini?
Cinta yang hanya menggebu di awal, tanpa alasan yang jelas akan berakhir tanpa kejelasan pula. Jadi tak usah lah kamu percaya dengan ucapan gombal yang menjelaskan bahwa cinta itu tanpa alasan. Itu semua trik pasaran yang sudah banyak dipakai oleh para pemuja cinta semu belaka. Semanis apapun alasannya sebaik apapun caranya menjelaskan soal cinta, kalau bukan Allah yang menjadi sandaran, maka cinta itu hanya sebuah cerita semu penghias dosa.
* * *
Lain Pidi Baiq, lain pula Kang Abik. Novelis yang mempunyai nama asli Habiburrahman El Shirazy ini juga merupakan seorang penulis novel yang menjadikan cinta sebagai bumbu utama. Mulai dari Ayat-ayat Cinta, Cinta Suci Zahrana, Ketika Cinta bertasbih, Dalam Mihrab Cinta, Bumi Cinta dan sederet karyanya lain pun sarat akan kisah cinta. Cinta memang menjadi sebuah produk jualan yang begitu laris di pasaran. Dan para penulis cerdas tahu bagaimana memanfaatkan itu.
Kang Abik dengan kisah cinta nya memiliki nilai-nilai yang jauh lebih luhur daripada apa yang sudah dibawakan oleh novelis lain semisal Pidi Baiq. Sama-sama bergenre cinta, namun dalam bingkai yang berbeda. Novel karya kang Abik sarat nilai rabbani. Berpegang teguh dengan prinsip islami, tanpa melanggar norma-norma yang terkesan menjual diri demi sebuah kata sifat yang kita sebut cinta.
Karena memang seperti itulah cinta, ia hanyalah sebuah kata sifat yang setara dengan kata sifat yang lain. Setara dengan sabar, jujur, baik, jahat, dan sebagainya. Bukan hanya kata sifat yang baik saja. Karena memang cinta itu tidak selamanya berada dalam lingkaran kebaikan. Terkadang kamu bisa menemukan bahwa cinta itu menguatkan, tapi di sisi lain kamu bisa mendapatkan bahwa cinta bisa menjerumuskan.
Salah satu efek dari cinta yang menguatkan bisa kamu baca di novel Ayat-ayat cinta karya kang Abik yang kedua. Kamu bisa merasakan bagaimana cinta itu bisa meneguhkan keimanan seorang Aisyah yang rela merusak paras cantiknya untuk menghindari tindakan pelecehan yang akan dilakukan oleh tentara Israel ketika di penjara. Dinding penjara menjadi media untuk menyayat pipi, hidung, kening, dan seluruh bagian wajah Aisyah. Darah mengucur di setiap sudut wajah. Perih rasanya. Namun tidak sebanding dengan perihnya siksaan neraka Allah jika ia tunduk pasrah menyerahkan dirinya kepada para budak syahwat dunia. Diikhlaskan pemberian Allah berupa wajah yang begitu dicintai suaminya untuk menjaga kesucian diri dari nafsu bejat musuh Allah terlaknat. Biarlah raga itu rusak di dunia, toh Aisyah selalu percaya bahwa usahanya menjaga kesucian diri akan mendapatkan surga dari Allah subhanahu wa ta’ala.  Cinta itu membuatmu kuat. Kuat iman, berimplikasi pada keikhlasan untuk mengorbankan semua yang kamu miliki, hingga bertambah kecintaanmu kepada yang memberikan cinta. Dialah Allah sang Pemilik Cinta.
* * *
Sepertinya sudah cukup kita membahas soal cinta di dunia fiksi. Kisah cinta di dunia ini cukup banyak juga yang melegenda. Dan itu semua selalu memiliki dua sisi antara kebaikan dan keburukan. Kamu tahu, bangunan Taj Mahal yang menjadi ikon negara India dan menjadi salah satu keajaiban dunia. Itu juga merupakan hasil dari cerita cinta. Tak usah jauh-jauh, di negara kita, Indonesia, candi Prambanan juga merupakan salah satu bangunan yang memiliki cerita legenda seputar cinta. Juga di tangkuban perahu, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Cinta itu katalis perasaan. Ia mampu mempercepat reaksi antara perasaan satu dengan yang lain. Ia mampu menghadirkan sedih, bahagia, kesal dan rindu melebur padu. Katalis perasaan pasti butuh energi. Energi sebuah cinta hanya bisa didapatkan dari kumpulan kebaikan-kebaikan yang bersinergi. Jadi jangan heran ketika cinta mulai memainkan perannya sebagai katalis, energi-energi positif mulai bergerak memainkan perannya masing-masing.
Misalnya saja seperti ini. Untuk mencintai sesuatu, maka kamu harus jujur pada diri sendiri, maka cinta sudah menyebabkan seseorang menjadi jujur. Lalu untuk mencapai sebuah kebahagiaan, cinta tidak cukup hanya dengan jujur. Karena cinta akan mengambil seluruh waktumu. Menyita semua pikiranmu, menyedot habis semua hartamu. Dan semua itu harus ikhlas kamu korbankan. Tidak berhenti sampai di situ kawan, ketika kamu sudah memutuskan untuk mencintai, telah jujur pada diri sendiri, ikhlas mengorbankan apa yang dimiliki, cinta terkadang berjalan tidak sesuai dengan kehendak hati dan keinginan, dan untuk menjaga cinta itu tetap utuh diperlukan kesabaran. Masih banyak lagi energi-energi positif  yang akan tersebar untuk mereaksikan sebuah perasaan berkaitan dengan cinta. Jadi coba saja diperiksa, jika kawanmu sudah terlalu banyak terbawa perasaan, bisa jadi katalis yang kita kenal dengan sebutan cinta sedang bekerja dalam dirinya.
Cinta itu sering bermula dari mata. Karena mata merupakan media yang Allah ciptakan untuk merasakan keindahan secara visual. Keindahan secara visual bisa lebih mudah tergambar, karena sifatnya nampak dan nyata. Seindah memandang ciptaan Allah yang luar biasa. Karena Allah tak mampu untuk kita lihat dengan mata di dunia, maka untuk menghadirkan cinta kepada Nya bisa dengan melihat segala ciptaan Nya. Karenanya Allah sudah berfirman “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang lebih baik (surga).” (QS. Ali Imran: 14).
Mata juga bisa menipu, mata inilah yang kemudian menjerumuskan Abdah bin ‘Abdurrahiim dari seorang prajurit yang hafal Quran yang kemudian merelakan keimanannya karena tergiur kecantikan wanita ketika masa penaklukan benteng Romawi sekitar tahun 270 H.  
Lalu cinta juga bisa bermula dari telinga. Telinga bisa merasakan keindahan secara audio. Secara pendengaran. Seorang musisi bisa dicintai para penggemarnya tanpa perlu bertatap muka. Suara yang indah bisa menenteramkan hati. Dan hati yang tenteram  bisa menghadirkan cinta. Suara tadarus Alquran yang diperdengarkan seorang manusia bisa juga menjadi penyebab cinta.
Dan lagi-lagi pendengaran ini juga terkadang bisa menipu. Kita sebagai manusia harus bisa memilih mana yang benar dan mana yang salah. Karena setan selalu membisikkan kejahatan langsung ke sanubari manusia.
Baik media visual maupun media pendengaran, adalah salah satu media terbaik yang bisa menghadirkan rasa cinta. Namun ternyata ada sebuah cinta yang tidak melalui dua media tersebut. Dan cinta itu memiliki efek luar biasa terhadap objek yang dicintainya. Pengaruhnya luas, meliputi semesta alam. Hebatnya lagi, cinta ini terjalin begitu saja tanpa pernah bertemu rupa, cinta ini mengalir saja, tanpa pernah mendengar suara. Terlalu kuat jalinannya. Terlalu deras alirannya. Membanjiri semesta dengan cinta, menyebarkan kebaikan-kebaikan yang selalu menghadirkan cinta yang bertambah di manapun dan kapan pun. Dia lah pencinta sejati dari kalangan manusia. Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam. Yang mengorbankan seluruh waktu, harta, jiwa dan raganya untuk kita yang belum pernah ditemuinya. Yang beruban rambutnya memikirkan nasib kita setelah sepeninggalnya. Yang merelakan waktu tidur di sepertiga malamnya demi mendoakan kita agar selalu istiqomah berada di jalan yang sama dengannya.
Adakah cinta yang lebih mulia dari itu? Bahkan kita yang mengaku mengerti soal cinta belum berani mengorbankan segalanya untuk yang kita cinta tapi belum pernah bertemu muka maupun suara. Karena cinta adalah soal keikhlasan, maka Rasul ikhlas mencintai kita sebagai umatnya. Rasul ikhlas mengajarkan kita sebagai pengikutnya. Dan kita pun belajar bahwa cinta itu tak selalu bertemu raga. Cinta tak selalu bertegur sapa. Cukuplah kita yakin dan sandarkan cinta ini kepada sang Maha Cinta, maka ia akan bekerja sebagai katalis dalam memperbarui perasaan bahagia, bersimpul indah dalam lingkaran-lingkaran kebaikan yang bersatu padu. Suci nan penuh berkah. Karena cinta bukan hanya soal walimah. Tapi ia rahmat yang cakupannya tak berbatas wilayah.
Pada akhirnya izinkan saya mengutip puisi karya Sapardi Djoko Darmono yang berjudul Sajak-Sajak Kecil Tentang Cinta

mencintai angin
harus menjadi siut
mencintai air
harus menjadi ricik
mencintai gunung
harus menjadi terjal
mencintai api
harus menjadi jilat

mencintai cakrawala
harus menebas jarak

mencintai-Mu

harus menjelma aku

3 komentar:

taqrim ibadi mengatakan...

luarbiasa artikelnya pak.
by taqrim ibadi

Nanda mengatakan...

super !! ^^

Unknown mengatakan...


of course like your web site but you need to take a look at the spelling on several of your posts. A number of them are rife with spelling problems and I to find it very troublesome to tell the reality then again I will certainly come again again. sign in hotmail