Bercerita tentang kesederhanaan hidup

Kamis, 31 Maret 2016

Inspirasi Itu Seperti Apa

16.37 Posted by hamzah ramadhan , , No comments


 Bulan Maret ini memasuki penghujung waktu.Tulisan di blog ini masih sepi belum bertambah sejak postingan terbaru Februari lalu. Padahal banyak kejadian yang bisa menjadi referensi sebuah tulisan. Mulai dari event Islamic Book Fair, Gerhana Matahari Total, dan itu belum ditambah dengan fenomena-fenomena yang terjadi di dunia sosial media tentang gosip atau fakta yang dikemas sedemikian rupa oleh manusia-manusia produktif yang jarinya tak pernah bisa jauh dari gadget kebanggaannya.

Jadilah Maret ini bulan yang hampa tanpa ukiran kata. Yang biasanya bisa menghiasi hari dengan segala keluasan maknanya, Namun Maret tahun ini ukiran itu lenyap, senyap tanpa sisa. Untungnya saja aku bukan wartawan yang dituntut oleh pekerjaan dalam menghasilkan sebuah tulisan. Pastinya tulisan yang benilai jual tinggi bagi pembaca. Supaya tulisan itu menjadi headline utama. Konsumsi pasar nomor wahid. Apalagi kalau temanya bikin penguasa makin jaya menancapkan kuku dimana-mana. Peduli apa soal idealis, realita, fakta di lapangan. Hal-hal itu sudah lama mati dalam kaidah penulisan berita yang dimuat di media. Habis sudah kesempatan anak cucu kita mencari inspirasi dari media. Karena di sana hanya kumpulan citra, kumpulan doktrin yang disematkan perlahan untuk mengubah mental manusia nya menjadi apatis pada negara dan kehidupan masyarakat yang ada.

     Maret dua tahun lalu media saling bunuh. Menonjolkan tokoh inspiratornya masing-masing untuk dinaikkan tahta menjadi pimpinan puncak sebuah negara. Tahun berikutnya tokoh yang berhasil dinaikkan menjadi pemegang tahta saat ini digoyang evaluasi kinerja. Namun selalu ada media yang memback up dengan berita penuh citra dan menarik untuk dikonsumsi pembaca. Hingga saat ini, media masih saja sibuk beretorika menaikkan citra tokoh yang dianggapnya menginspirasi untuk menata ulang ibukota di periode kedua kepemimpinannya.

     Inspirasi itu seperti apa kawan? Aku sudah lama tak mendengar ada berita heroik dari pejabat kita yang menjadi inspirator bagi rakyatnya di media. Kalaupun ada, aku menjadi ragu, apakah berita itu rekayasa atau memang benar adanya. Harusnya banyak anak muda yang kemudian terinspirasi oleh para pejabatnya yang terkenal santun dan sigap dalam melayani rakyatnya. Hingga menyebabkan kecintaan rakyat kepada daerahnya, negerinya sendiri. Bandung sudah selangkah lebih maju dalam menampilkan sosok inspirator dari kalangan pejabat. Depok juga demikian. Padang, berikut Sumatera Barat juga sudah punya sosok inspirator dalam daerah yang masih menjadi pejabat. Belum ditambah Bogor, Surabaya, dan masih banyak lagi daerah yang memiliki sosok insprator untuk masyarakat di kalangan pejabat. Namun sayangnya belum terekspos luas secara terang benderang di media nasional. Hanya seputar wilayah media lokal yang mungkin hanya dinikmati beberapa gelintir masyarakat sekitar.

     Kebaikan itu butuh disebarluaskan. Karena itu bisa menjadi sebuah inspirasi yang bisa diwariskan untuk generasi mendatang. Kebaikan butuh dituliskan, ditunjukkan langkah-langkahnya, diberitahukan efek positifnya. Agar kebaikan itu abadi dan menjadi sumber inspirasi bagi para pembacanya.

      Itulah salah satu alasan logis yang bisa saya dapatkan dari penulisan Alquran. Yang membacanya bernilai kebaikan. Yang mendengarnya mendapatkan keberkahan. Yang mengajarkannya mendapatkan nilai kebaikan yang terus mengalir selama ilmunya bermanfaat untuk diajarkan ulang kepada generasi selanjutnya. Yang kemudian menjadi sumber inspirasi banyak orang. Karena berisi kebaikan yang tak pernah lekang oleh zaman.

       Seperti Rasul yang mencari inspirasi atas kisah perjuangan nabi pendahulunya. Membuatnya belajar lebih sabar dalam menghadapi kaumnya yang belum mengerti. Menjadikannya paham berbagai metode dari para nabi dalam menyebarkan risalah suci. Menguatkan dirinya saat satu demi satu keluarga yang dicintainya pergi meninggalkannya.

     Maka adakah inspirasi yang lebih baik dari kebaikan yang tertulis secara benar dan terjaga sampai hari kiamat itu?

Lalu di akhir Maret, di senja hari, aku berhenti merutuki media yang tak lagi menampilkan sosok inspirator untuk diri sendiri. Aku bosan mencari inspirasi buatan manusia yang penuh kepentingan. Karena kini aku tahu, inspirasi itu seperti apa. 

0 komentar: