Seekor cicak hilir mudik merayap
mencari mangsa yang hinggap untuk menjadi santapan makan malam. Ekornya bergerak
seirama dengan keempat kakinya yang menempel di dinding. Kepalanya mendongak,
aktif mencari nyamuk atau laron yang lelah mengepakkan sayap, untuk istirahat
sejenak di dinding. Sembari menunggu kesempatan itu datang, cicak tak pernah
sekalipun berhenti bergerak.
Seekor laba-laba berjalan
mengendap dalam gelap, mencari kisi-kisi kayu untuk membuat rumah di antara
ruang kosong yang ada di sana. Dengan serangkaian perhitungan terhadap peluang
ramainya lalu lintas nyamuk dan laron yang akan melewati rumahnya. Dipikirkannya
secara matang ketebalan jaring yang akan dibuat, dengan kemiringan sudut yang
bisa mempersempit ruang gerak calon tamu sekaligus makanannya supaya tidak
mudah pergi begitu saja sebelum perutnya kenyang.
Seekor nyamuk terbang oleng ke
kanan dan kiri mendekati dinding ruang tamu, dekat plafon yang sudah retak di
beberapa sisinya. Nyamuk itu baru saja mendapatkan rezeki menghisap darah manusia
pemilik rumah, yang sedang tertidur lelap di depan televisinya yang masih
menyala. Terlalu banyak dia menyedot darah, hingga membuat perutnya berat dan
mengharuskannya untuk beristirahat sejenak dalam beberapa menit setiap terbang.
Cicak melihat nyamuk yang manuver
terbangnya tidak normal. Dia sudah sering menemui dan melahap mangsa seperti
ini. Kejadiannya selalu sama. Nyamuk yang kekenyangan tidak terlalu gesit dalam
menghindari sergapannya. Cicak mempersiapkan diri mencari posisi terdekat yang
mungkin akan dipakai untuk nyamuk beristirahat di salah satu sisi dinding.
Nyamuk sudah merasakan kram pada
sayapnya. Perutnya yang terlalu berat, menambah beban yang cukup signifikan
pada sayapnya. Dia kemudian segera mencari tempat istirahat sejenak. Melemaskan
otot-otot sayapnya agar bisa melanjutkan perjalanan kembali ke koloninya. Ketika
dia sudah terbang mendekati dinding, nyamuk merasakan adanya gerakan di sisi
kanan dinding tersebut. Dia sudah mendapatkan peringatan dari teman-temannya di
koloni bahwa di rumah itu banyak cicak yang berkeliaran di setiap sisi dinding.
Maka nyamuk lebih waspada sebelum menentukan tempatnya beristirahat. Alih-alih
melemaskan otot sayap, malah justru disantap oleh cicak dengan lahap.
Cicak salah melakukan pergerakan.
Kakinya terpeleset rembesan air di dinding. Dia menimbulkan gerakan yang cukup
membuat indra sensor nyamuk bekerja. Dia mundur perlahan, mencari titik buta
dari penglihatan nyamuk yang kekenyangan itu. Masih dalam usaha maksimalnya
untuk menyantap makan malamnya hari ini.
Rezeki sudah Allah atur
sedemikian rupa. Cicak yang sudah berkeliling mencari sudut terbaik untuk
menyergap nyamuk, rupanya terpeleset oleh rembesan air di dinding. Nyamuk menyadari
itu, dan ia menyadari kehadiran cicak di sekitar dinding walaupun ia belum
melihat jelas keberadaannya dengan mata kepalanya sendiri.
Ia terbang melanjutkan
perjalanan. Sembari menoleh ke kanan dengan kecemasan si cicak mengikuti
pergerakannya untuk mencari lokasi istirahat di sisi dinding lain. Kewaspadaan nyamuk
terhadap cicak membuatnya tidak menyadari jaring laba-laba yang sudah terajut
dengan rapi di antara kisi-kisi kayu atap dan dinding. Laba-laba menyeringai
tanpa membuat gerakan sedikitpun. Rumah yang dia rancang sedemikian rupa,
akhirnya akan kedatangan tamu.
Jaring laba-laba yang tak
terdeteksi oleh sensor nyamuk, ditabraknya begitu saja. Nyamuk kaget dan
meronta sebisanya. Namun, semakin banyak dia melakukan gerakan, semakin banyak
pula jaring yang melekat di tubuh, sayap, dan anggota tubuh lainnya. Dia merutuki
dirinya yang tak berkonsentrasi ke depan saat terbang. Dirinya pasrah. Ternyata
hari ini merupakan hari terakhirnya hidup di dunia.
Cicak yang masih bergerak dan
mengikuti pergerakan nyamuk juga tidak menyadari lokasi rumah laba-laba yang
sudah terpasang. Pandangannya nanar melihat calon makanannya malam ini tidak
jadi hinggap di dinding namun justru menjadi tamu istimewa bagi laba-laba. Namun
cicak tidak pendek akal. Emosinya tidak tersulut hanya karena melihat calon
makanannya lepas begitu saja dan menjadi makanan bagi salah satu penghuni
dinding lainnya. Padahal bisa saja dia menghampiri rumah laba-laba,
menghancurkan sarangnya melepaskan sambungan jaring di setiap dinding. Tapi itu
tidak dilakukannya. Cicak kembali ke sisi dinding, bergerak tanpa henti,
merayap ke sana ke mari, mengamati pergerakan nyamuk yang terbang melambat,
berharap nyamuk itu hinggap di sisi terdekatnya agar bisa menuntaskan rasa
laparnya malam ini saja.
* * *
Atas kerja keras yang ditunjukkan
oleh cicak, maka cicak mendapatkan kehormatan lewat sebuah lagu yang
menggambarkan sebuah usaha cicak dalam mendapatkan mangsanya. Anda juga pasti hafal kan lagunya? Cicak menyadari
keterbatasannya sebagai makhluk. Maka dia tutupi keterbatasannya itu dengan
cara bergerak terus menerus untuk mendapatkan makanannya. Beda dengan laba-laba
yang memang diberikan oleh Allah kelebihan untuk merancang rumahnya sendiri
sehingga makanan langsung bertamu ke rumahnya. Kedua hewan itu
hanya mengaplikasikan sebuah ayat di dalam Al Qur’an surat Al-Ankabut yang juga
berarti Laba-laba di ayat ke 60.
Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezekinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezeki kepadanya dan kepadamu dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Dan tidaklah kita malu sebagai
manusia, makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna masih harus ribut dan
berkelahi hanya soal rezeki. Hanya karena online dan tidak online harus ada
korban yang meregang nyawa. Hanya karena di pangkalan dan tidak di pangkalan saling caci maki yang miris bahkan sampai berkelahi. Harusnya kita lebih banyak belajar
dari cicak dan laba-laba dalam mencari rezeki. Pernahkah anda melihat laba-laba
dan cicak ribut karena seekor nyamuk? Kalau pernah, coba rekam videonya dan upload
di instagram atau youtube. Siapa tahu follower anda bertambah. hehe
sumber gambar : https://pixabay.com/id/labah-labah-web-jaring-laba-laba-2107365/
0 komentar:
Posting Komentar