Bercerita tentang kesederhanaan hidup

Sabtu, 25 Maret 2017

Konsep Rezeki

12.12 Posted by hamzah ramadhan , No comments

Seekor cicak hilir mudik merayap mencari mangsa yang hinggap untuk menjadi santapan makan malam. Ekornya bergerak seirama dengan keempat kakinya yang menempel di dinding. Kepalanya mendongak, aktif mencari nyamuk atau laron yang lelah mengepakkan sayap, untuk istirahat sejenak di dinding. Sembari menunggu kesempatan itu datang, cicak tak pernah sekalipun berhenti bergerak.
Seekor laba-laba berjalan mengendap dalam gelap, mencari kisi-kisi kayu untuk membuat rumah di antara ruang kosong yang ada di sana. Dengan serangkaian perhitungan terhadap peluang ramainya lalu lintas nyamuk dan laron yang akan melewati rumahnya. Dipikirkannya secara matang ketebalan jaring yang akan dibuat, dengan kemiringan sudut yang bisa mempersempit ruang gerak calon tamu sekaligus makanannya supaya tidak mudah pergi begitu saja sebelum perutnya kenyang.
Seekor nyamuk terbang oleng ke kanan dan kiri mendekati dinding ruang tamu, dekat plafon yang sudah retak di beberapa sisinya. Nyamuk itu baru saja mendapatkan rezeki menghisap darah manusia pemilik rumah, yang sedang tertidur lelap di depan televisinya yang masih menyala. Terlalu banyak dia menyedot darah, hingga membuat perutnya berat dan mengharuskannya untuk beristirahat sejenak dalam beberapa menit setiap terbang.
Cicak melihat nyamuk yang manuver terbangnya tidak normal. Dia sudah sering menemui dan melahap mangsa seperti ini. Kejadiannya selalu sama. Nyamuk yang kekenyangan tidak terlalu gesit dalam menghindari sergapannya. Cicak mempersiapkan diri mencari posisi terdekat yang mungkin akan dipakai untuk nyamuk beristirahat di salah satu sisi dinding.
Nyamuk sudah merasakan kram pada sayapnya. Perutnya yang terlalu berat, menambah beban yang cukup signifikan pada sayapnya. Dia kemudian segera mencari tempat istirahat sejenak. Melemaskan otot-otot sayapnya agar bisa melanjutkan perjalanan kembali ke koloninya. Ketika dia sudah terbang mendekati dinding, nyamuk merasakan adanya gerakan di sisi kanan dinding tersebut. Dia sudah mendapatkan peringatan dari teman-temannya di koloni bahwa di rumah itu banyak cicak yang berkeliaran di setiap sisi dinding. Maka nyamuk lebih waspada sebelum menentukan tempatnya beristirahat. Alih-alih melemaskan otot sayap, malah justru disantap oleh cicak dengan lahap.
Cicak salah melakukan pergerakan. Kakinya terpeleset rembesan air di dinding. Dia menimbulkan gerakan yang cukup membuat indra sensor nyamuk bekerja. Dia mundur perlahan, mencari titik buta dari penglihatan nyamuk yang kekenyangan itu. Masih dalam usaha maksimalnya untuk menyantap makan malamnya hari ini.
Rezeki sudah Allah atur sedemikian rupa. Cicak yang sudah berkeliling mencari sudut terbaik untuk menyergap nyamuk, rupanya terpeleset oleh rembesan air di dinding. Nyamuk menyadari itu, dan ia menyadari kehadiran cicak di sekitar dinding walaupun ia belum melihat jelas keberadaannya dengan mata kepalanya sendiri.
Ia terbang melanjutkan perjalanan. Sembari menoleh ke kanan dengan kecemasan si cicak mengikuti pergerakannya untuk mencari lokasi istirahat di sisi dinding lain. Kewaspadaan nyamuk terhadap cicak membuatnya tidak menyadari jaring laba-laba yang sudah terajut dengan rapi di antara kisi-kisi kayu atap dan dinding. Laba-laba menyeringai tanpa membuat gerakan sedikitpun. Rumah yang dia rancang sedemikian rupa, akhirnya akan kedatangan tamu.
Jaring laba-laba yang tak terdeteksi oleh sensor nyamuk, ditabraknya begitu saja. Nyamuk kaget dan meronta sebisanya. Namun, semakin banyak dia melakukan gerakan, semakin banyak pula jaring yang melekat di tubuh, sayap, dan anggota tubuh lainnya. Dia merutuki dirinya yang tak berkonsentrasi ke depan saat terbang. Dirinya pasrah. Ternyata hari ini merupakan hari terakhirnya hidup di dunia.
Cicak yang masih bergerak dan mengikuti pergerakan nyamuk juga tidak menyadari lokasi rumah laba-laba yang sudah terpasang. Pandangannya nanar melihat calon makanannya malam ini tidak jadi hinggap di dinding namun justru menjadi tamu istimewa bagi laba-laba. Namun cicak tidak pendek akal. Emosinya tidak tersulut hanya karena melihat calon makanannya lepas begitu saja dan menjadi makanan bagi salah satu penghuni dinding lainnya. Padahal bisa saja dia menghampiri rumah laba-laba, menghancurkan sarangnya melepaskan sambungan jaring di setiap dinding. Tapi itu tidak dilakukannya. Cicak kembali ke sisi dinding, bergerak tanpa henti, merayap ke sana ke mari, mengamati pergerakan nyamuk yang terbang melambat, berharap nyamuk itu hinggap di sisi terdekatnya agar bisa menuntaskan rasa laparnya malam ini saja.
* * *
Atas kerja keras yang ditunjukkan oleh cicak, maka cicak mendapatkan kehormatan lewat sebuah lagu yang menggambarkan sebuah usaha cicak dalam mendapatkan mangsanya. Anda juga pasti hafal kan lagunya? Cicak menyadari keterbatasannya sebagai makhluk. Maka dia tutupi keterbatasannya itu dengan cara bergerak terus menerus untuk mendapatkan makanannya. Beda dengan laba-laba yang memang diberikan oleh Allah kelebihan untuk merancang rumahnya sendiri sehingga makanan langsung bertamu ke rumahnya. Kedua hewan itu hanya mengaplikasikan sebuah ayat di dalam Al Qur’an surat Al-Ankabut yang juga berarti Laba-laba di ayat ke 60.
Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezekinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezeki kepadanya dan kepadamu dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Dan tidaklah kita malu sebagai manusia, makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna masih harus ribut dan berkelahi hanya soal rezeki. Hanya karena online dan tidak online harus ada korban yang meregang nyawa. Hanya karena di pangkalan dan tidak di pangkalan saling caci maki yang miris bahkan sampai berkelahi. Harusnya kita lebih banyak belajar dari cicak dan laba-laba dalam mencari rezeki. Pernahkah anda melihat laba-laba dan cicak ribut karena seekor nyamuk? Kalau pernah, coba rekam videonya dan upload di instagram atau youtube. Siapa tahu follower anda bertambah. hehe

sumber gambar : https://pixabay.com/id/labah-labah-web-jaring-laba-laba-2107365/


0 komentar: