Bercerita tentang kesederhanaan hidup

Sabtu, 18 Juli 2015

Kerja Itu Ibadah

21.44 Posted by hamzah ramadhan , No comments
 

      Semarak lebaran masih terasa semarak di malam ini. Maklum saja, ini masih malam kedua lebaran. Dan lagi malam ini adalah malam minggu. Semua tumpah ruah ke jalan, ke tempat perbelanjaan, tempat hiburan, tempat makan, hanya untuk sekedar bertemu sapa dengan rekan sejawat yang barangkali terpisah oleh jauhnya jarak tempat bekerja. Suasana silaturahim masih begitu hangat untuk diperbincangkan hari ini. Semua foto kebersamaan berseliweran memenuhi beranda sosial media. Lebaran sungguh momen yang pas untuk berkumpul kembali bersama teman-teman lama yang pernah berbagi suka dan duka.
    Aku masih saja duduk membuka beberapa akun sosial media yang dipenuhi foto-foto kebersamaan orang-orang bersama keluarga maupun teman-teman mereka. Kadang terbersit rasa iri mengapa di tengah suasana istimewa ini, aku masih dituntut untuk mengabdi. Sempat terlintas pikiran tentang apa yang sebenarnya aku cari dalam kehidupan ini. Namun pikiran itu sudah aku buang jauh-jauh. Aku bukanlah satu-satunya orang yang harus merelakan waktu kebersamaan dengan keluarga terbuang sia-sia. 
       Perhatianku teralihkan oleh berita mudik lebaran tahun ini. Polisi dengan seragamnya yang rapi selalu siaga memantau setiap pos-pos mudik yang dianggap rawan kemacetan dan kecelakaan. Mereka berjaga seharian, kadang waktu istirahat mereka terganggu hanya karena mengamankan jalannya lalu lintas agar berjalan dengan aman dan lancar. Profesi sebagai seorang polisi menuntut kita untuk mengabdikan diri pada negara di atas kepentingan keluarga. Saya angkat topi penghormatan untuk mereka yang menjunjung tinggi loyalitas demi kepentingan bersama di atas kependingan mereka secara personal.
        Kemudian aku membaca berita mengenai erupsi Gunung Raung di Surabaya. Banyak penerbangan tertunda. Beberapa pemudik gagal melaksanakan agenda tahunannya. Silaturahim yang harusnya terjalin di lebaran ini cukup disalurkan lewat media telekomunikasi saja demi keselamatan bersama. Mudik adalah agenda tahunan yang sangat besar dan sudah menjadi sebuah tradisi di negara ini. Setiap lebaran, selalu saja agenda mudik menjadi berita utama. Pilot harus bekerja keras menjalankan tugasnya mengantar penumpang di tengah kondisi lebaran ini. Supir bus harus rela menempuh kemacetan, mengorbankan waktu yang dimilikinya bersama keluarga hanya untuk menjalankan tugasnya memastikan para pemudik sampai di kota dengan selamat. Begitu pula masinis kereta yang harus rela menyusuri rel demi rel untuk menjalankan kewajibannya. Mereka adalah satu di antara sekian banyak orang yang pada saat hari lebaran belum bisa menyediakan waktunya untuk berkumpul bersama keluarga.
        Dan tidak lengkap rasanya apabila aku tidak membahas mengenai dokter dan seluruh pekerja di kesehatan lainnya. Mereka tak punya lagi tawar-menawar soal waktu. Ketika ada pasien yang sedang dalam kondisi kritis dan membutuhkan pertolongan pada hari lebaran itu, suka atau tidak suka, mau atau tidak mau, mereka akan menyediakan seluruh waktunya demi menyelamatkan nyawa manusia. 
        Aku tutup sosial media itu, dan mulai mencoba menulis catatan ini. Sekedar menyampaikan kepada kalian semua yang mungkin saat ini sedang berada dalam kewajiban menjalankan tugasnya agar tetap semangat. Semangat itu adalah sugesti yang bisa kita dapatkan dari dalam diri sendiri untuk meningkatkan mood agar lebih bahagia dalam melaksanakan sebuah aktifitas. Selain itu ada janji Allah bagi orang-orang yang bekerja karena didasarkan dengan niat ikhlas karena Allah. 

Sesungguhnya Allah suka kepada hamba yang berkarya dan terampil (professional atau ahli).  Barangsiapa bersusah-payah mencari nafkah untuk keluarganya maka dia serupa dengan seorang  mujahid di jalan Allah Azza wajalla. (HR. Ahmad)

Sesungguhnya di antara dosa-dosa ada yang tidak bisa dihapus (ditebus) dengan pahala shalat, sedekah atau haji namun hanya dapat ditebus dengan kesusah- payahan dalam mencari nafkah. (HR. Ath-Thabrani)

0 komentar: