Sambil rehat di aktivitas hari
Jumat ini, sejenak aku meluangkan waktu membuka handphone untuk menyapa
orang-orang di sosial media. Tapi niat untuk menyapa dengan membuat status
teralihkan dengan banyaknya postingan status keluhan yang diposting oleh
teman-teman di dunia maya. Memang berbeda macam jenis keluhannya. Ada yang
mengeluhkan hari ini tidak indah karena mati lampu. Ada yang mengeluhkan langit
tak lagi cerah karena banyak asap. Ada juga yang mengeluhkan badan gak enak
karena belum mandi sejak tadi pagi karena air tidak jalan.
Semangat pagi berganti suram setelah
melihat banyaknya keluhan bertebaran di beranda. Kualitas seseorang itu
tergantung dari apa yang dikeluhkannya di sosial media. Ada yang hanya mengeluhkan
soal makanan, ada yang mengeluhkan soal pelayanan toko atau salon tempat dia
potong rambut. Bahkan ada juga yang mengeluhkan soal status sosial yang
disandangnya sekarang. Waduh bagaimana mau sehat pikiran kita jika setiap hari
kita dipenuhi dengan keluhan-keluhan ini. Ditambah dengan pikiran kita yang
terkadang membenarkan beberapa keluhan tersebut karena sesuai dengan kondisi
yang kita alami.
Aku ingin menguji sebuah riset
yang tidak pernah dipatenkan. Cobalah buat temen-temen yang suka mengeluh di
sosial media, buat akun sosial media baru yang tidak memiliki teman atau
follower. Kemudian postinglah semua keluhan-keluhan dan kekesalan yang kalian
miliki di sosial media itu. Kemudian setelah beberapa waktu berlalu, coba baca semua
keluhan-keluhan yang pernah kalian posting. Dan tanyakan atas dasar apa kalian
menulis keluhan itu?
Apa yang anda rasakan ketika
melihat semua keluhan anda tak memiliki feedback seperti yang kalian dapatkan
di sosmed yang selama ini kalian punya? Sedihnya bertambah? Atau merasa bahwa
postingan kalian itu sia-sia karena tak ada satupun yang baca?
Kemudian pernahkah kita berpikir
lebih jauh, bahwa Allah Maha Mengetahui apa yang dirasakan oleh hamba Nya?
Dia ciptakan bumi beserta isinya,
beserta seluruh nikmat yang kita rasakan sampai hari ini. Allah tidak pernah
berhenti memberikan nikmat kepada hamba yang tidak pernah sekalipun bersyukur
atas semua pemberian Nya. Bahkan banyak di antara orang-orang yang kufur itu
ditambah terus jumlah nikmat Nya oleh Allah.
Apakah kita berpikir bahwa
kehidupan kita ini berjalan otomatis tanpa ada yang mengatur? Bahkan sebuah
sosial media seperti facebook saja harus selalu mengupgrade server yang ada
agar kecepatan akses situs itu berjalan lancar tanpa hambatan. Kemudian situs
pencarian seperti google saja selalu mempunyai logo baru di setiap
tanggal-tanggal penting. Apakah google bekerja sendiri secara otomatis? Ada
operator yang mengaturnya. Ada desainer yang merancang gambarnya. Ada programmer
yang mengkoding supaya gambar itu memiliki animasi dan efek lucu lainnya.
Kemudian masihkah kita berpikir
untuk mengeluh di semua tatanan kehidupan yang sudah diatur sedemikian detil. Pada
hakikatnya kepada siapakah keluhan ini kita tujukan? Apakah hanya untuk
mendapatkan tanda like di facebook? Atau tanda love di path atau instagram? Atau
sekedar mendapat puluhan retweet di twitter?
Lalu jika diklarifikasi mengenai
keluhan di sosial media itu, mereka menjawab bahwa tidak semua yang diposting
di sosial media ini mencerminkan kehidupan sebenarnya. Mereka menganggap bahwa
keluhan itu sekedar hiburan, lalu tidakkah mereka paham ada efek yang
ditimbulkan dari postingan keluhan itu? Ada berapa semangat yang hilang
gara-gara membaca keluhan-keluhan itu. Ada berapa postingan serupa yang muncul
setelah keluhan yang kita posting?
Semoga kita lebih bijak dalam
menggunakan sosial media. Karena bukan hanya kita yang membaca postingan
bernilai negatif yang kita tulis.
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main- main dan senda gurau belaka, dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang- orang yang bertakwa. Maka tidakkah kalian memahaminya?” (QS. Al An’am 32)
1 komentar:
nice share gan, bagus infonya, thanks
Souvenir Pernikahan Unik Di Kediri
Posting Komentar